Follow Aras Atas on Facebook Contact Us Open!
Posts

Self Branding: Sisi lain Populisme Oleh Sabda Ali

Self Branding: Sisi lain Populisme


Oleh: Sabda Ali Wijaya

"...... masalah besar kemanusiaan sebenarnya muncul dari kegagalan kita untuk melihat kenyataan kompleksnya masalah-masalah itu. Kita cenderung melakukan simplifikasi, terkadang kita pakai kacamata kuda, pada saat lain, kita mengidap miopi. Bukan itu saja. Yang lebih parah lagi, batas-batas yang kita paksakan atas persoalan yang sejatinya kompleks itu sering merupakan wujud sikap-sikap egotistik dan egoistik kita."_Haidar Bagir

Masyarakat kembali (selalu) dihebohkan dengan berita-berita yang kontra produktif dengan kemajuan bangsa yang kita impikan. Belum selesai orang-orang marah-marah masalah TOA, kemudian dengan cepat digiring pada kemarahan baru soal Daftar Penceramah Terindikasi Intoleran dan Radikal, yang kebenaran dari siapa yang membuat rilis nama-nama itu. Kasus ini adalah pantulan dari beberapa peristiwa kecil, namun menjelaskan siapa lawan siapa, siap memusuhi siapa. Dan lagi-lagi dari banyak kasus serupa masalah ini hanya cabai keriting yang pedas tapi tetap juga dimakan.

Pola-pola percekcokan seperti ini sudah sangat sering terjadi, emosi publik sering kali tersulut, luapan marahnya berbagai ekspresi ditampilkan. Seperti ulasan di atas, belum selesai marah pada satu peristiwa, sudah hadir peristiwa baru yang lebih menyulut lagi. Jadi emosi publik lebih mudah tersulut karena banyak "marah-marah" nya yang tidak tersalurkan dengan totalitas. Akumulasi marah-marah yang nanggung ini lah yang menjadikan publik kita cepat marah-marah meski tidak esensial baginya.

Secara pribadi saya menjarangkan diri untuk merespon peristiwa-peristiwa yang terjadi ditengah-tengah realitas kebangsaan kita yang mengalami dekadensi moral (secara kolektif). Namun kali ini kompas moral saya bekerja, mendorong untuk merespon kejanggalan-kejanggalan yang terjadi ditengah-tengah badai viral yang beberapa hari ini ramai diperbincangkan.

Ditengah etika bangsa yang sedang mengalami kerusakan parah, saya ingin merespon kasus ini dengan cara yang rasional (ilmiah), karena dengan cara ini persoalan akan lebih "waras" dan kritis.

Dari penelusuran saya, masalah ini bermula dari pidato Presiden RI Pak Joko Widodo pada 1 Maret lalu, yang menyinggung istri-istri TNI dan Polri untuk lebih hati-hati mengundang penceramah. "Nggak bisa, menurut saya, nggak bisa ibu-ibu itu ngumpulin ibu-ibu yang lain, memanggil penceramah semaunya atas nama demokrasi. Tahu-tahu mengundang penceramah radikal, nah hati-hati. Juga hal kecil-kecil harus mulai didisiplinkan,". Kutipan ini bagian dari pidato presiden pada tanggal 1 Maret lalu.

Dari situ, kayuhan pedal pun berlanjut, BNPT mengeluarkan pernyataan. Dikutip dalam berita gatra.com, pada tanggal 5 Maret lalu Ketua BNPT mengatakan “Mengenali ciri-ciri penceramah jangan terjebak pada tampilan, tetapi isi ceramah dan cara pandang mereka dalam melihat persoalan keagamaan yang selalu dibenturkan dengan wawasan kebangsaan, kebudayaan dan keragaman. Inilah yang harus menjadi kewaspadaan kita bersama dan sejak awal untuk memutus penyebaran infiltrasi radikalisme ini salah satunya adalah jangan asal pilih undang penceramah radikal ke ruang-ruang edukasi keagamaan masyarakat”. Pernyataan Ketua BNPT “jangan asal pilih undangan penceramah radikal ke ruang-ruang edukasi masyarakat”, seperti melanjut kayuhan pedal Pak Jokowi 1 Maret lalu.

Sejauh yang saya telusuri, pasca BNPT mengeluarkan semacam definisi singkat seperti apa ciri-ciri penceramah radikal itu, badai viral tentang tema ini semakin panas. BNPT menjadi tertuduh sebagai pelaku yang merilis daftar nama penceramah intoleran dan radikal, meski BNPT telah mengklarifikasi bukan pelakunya, badai viral tidak dapat dibendung.

Sejauh yang saya baca dari edaran-edaran informasi media massa, lebih banyak merespon (framing) apa yang di posting oleh Felix Siauw dalam akun Instagram (IG) ke duanya bernama @felix.siauw. Dilihat dari tanggal postingan pada akun IG keduanya, foto screenshoot nama-nama itu ter posting lima hari lalu terhitung mundur dari tanggal 10 Maret 2022, jika ditentukan tanggal postingannya antara tanggal 5-6 Maret 2022 lalu.

Dari penelusuran Google (Google Search) terdapat 82 varian berita online yang tersebar mulai tanggal 5 Februari. Lebih lanjutnya, sekurang-kurang terdapat dua berita online dengan postingan ter tanggal 5-6 maret dengan judul dan konten yang tergolong sama yakni mengenai tanggapan Felix Siauw dengan mengutip penuh caption (keterangan pada postingan) IG dengan foto screenshot WA yang di upload oleh Felix Siauw. Media pertama liputan6.com ter posting tanggal 5 maret pukul 16.25 WIB dan media kedua jabarekspres.com dengan keterangan posting pada 5 hari yang lalu dengan hitungan mundur dari tanggal 10 maret.

Pertanyaan kritisnya, siap orang pertama yang mengunggah daftar penceramah terindikasi intoleran dan radikal ini? Sementara pihak-pihak tertuduh seperti BNPT dan Kemenag (ikut) mengklarifikasi tidak pernah merilis 180 daftar nama penceramah terindikasi intoleran dan radikal seperti yang diviralkan oleh Felix Siauw di akun IG keduanya. 

Yang paling janggal dari bentuk postingan Felix sendiri bentuk screenshot itu berwarna hijau muda, bukan warna putih. Perbedaan kedua warna ini bisa menjadi acuan dari mana asal screenshoot tersebut. Lebih jelasnya begini, silahkan masing-masing pembaca membuka WAG atau WA Japrinya. Lihat latar tulisan chat WA-nya, hanya ada warna putih dan hijau muda. Jika putih itu menandakan warna dari chat orang pada WA kita, jika Hijau muda itu adalah warna chat kita sendiri yang kita kirim pada orang lain atau WAG (Kecuali dengan tema hp khusus warnanya bisa beda).


Mari kita lanjut menganalisis untuk membaca berbagai kemungkinan-kemungkinan.

Warna latar Chat WA yang di posting oleh Felix di IG keduanya yakni warna HIJAU MUDA yang menanda kan Chat Pribadinya ke pihak lain. Tentu saya sebagai penulis harus objektif dalam mengkritisi ini, karena sejak awal saya mengusung itu. Pertanyaan kritis selanjutnya apakah postingan screenshoot di IG kedua Felix hasil screenshot dari HPnya sendiri atau screenshoot dari HP orang lain. Jika Felix menerima chat dari orang lain lewat japri dan WAG lalu dia screenshoot makan hasil screenshot-nya berwarna putih. 

Atau orang lain, katakan saja kawan Felix Siauw lebih awal menerima pesan Chat lewat WA, lalu kawannya itu men-screenshot pesan WA dari kawan lainya, hasil screenshot-nya dikirim ke WA Felix Siauw, tapi tetap warna latar dari Chat-nya pasti putih. Kecuali, pesan itu dia teruskan, ke Istrinya mungkin, atau tetangganya, tapi dia lupa belum kirim ke Felix Siauw maka dia screenshoot pesan WA yang dia kirim ke tetangganya. Tapi kenapa harus di screenshoot, kenapa tidak diteruskan saja pesannya ke WA Felix.

Atau kemungkinan dari sisi yang lain, Screenshoot itu berasal dari HPnya sendiri alias hasil screenshoot Felix menggunakan HPnya sendiri. Jadi setelah dia sebar nama-nama itu menggunakan WAnya, dia punya ide untuk mem-posting di IG ke duanya, karena para penggemarnya senang menyambut kayuh-han pedal dari Felix. Dan memang iya, terlihat dari jumlah komentarnya mencapai 6.748. Jadi dari 25 postingan sejak awal tahun, postingan tentang Daftar Penceramah Intoleran dan Radikal menjadi paling banyak menyita perhatian followers di IG keduanya. Tetapi lagi, lagi-lagi tetapi, dari 25 postingan itu, hanya postingan bernuansa insinuasi yang selalu banyak direspon oleh Followers @felix.siauw

Dari semua keterangan ini saya ingin meminjam penjelasan Ustd Abdul Somad (UAS) ketika hadir tamu diskusi di Channel YouTube (YT) Karni Ilyas Club. Ada yang menarik dari cara pandang UAS, berikut saya kutip komentar yang menarik itu.

“Saya kira perlu kecerdasan untuk melihat masalah, jangan memandang suatu masalah dengan mata yang rabun. Jadi ketika dibuatkan daftar itu, apakah resmi atau tidak masyarakat ini mesti dicerdaskan dulu tentang hoax, setiap hari kita diajak untuk memerangi hoax. Lalu kemudian perlu diklarifikasi dulu resmi atau tidak. Lalu kemudian dibuatlah hendaknya definisi, apa dan siapa itu, apa definisi radikal dan orang yang dimasukkan kategori radikal itu memenuhi syarat atau tidak, kalau tidak, bahayanya Pak Karni bisa jadi iklan gratis. Masyarakat yang sebelumnya tidak kenal dengan Ustadz, malah dicari apalagi dikeluarkan sebelum Ramadhan dan itu nanti jadwal puasa. Jadi diharapkan supaya masyarakat lebih hati-hati malah masyarakat mencari akhirnya ketemu dan masyarakat tertarik karena pembicaraannya. Jadi radikal itu saya kira kalau orang mengajak ke masjid, ceramah, keadilan itu tidak radikal. Radikal itu adalah bagi ibu-ibu sekarang yang radikal itu kalau kesulitan mencari minyak dan tahu-tempe, itu radikal namanya bang (Karni,).”

Kutipan di atas adalah pembuka dari UAS untuk merespon badai viral ini. Terlepas UAS paham atau tidak paham apakah daftar nama itu resmi dari pemerintah dan atau tidak paham dan tidak sengaja menjelaskan bahwa beginilah cara menaikkan pamor nama-nama dalam daftar tersebut. 

Gradasi peristiwa ini menjadi Populisme, Felix serta nama-nama dalam daftar tersebut bila menjadi tertuduh intoleran dan radikal oleh pihak pemerintah akan menambah kepamorannya. Atau memang sengaja menyusun “sendiri” daftar penceramah dan dicitrakan tertuduh untuk sengaja mengkapitalisasi rasa kepo masyarakat karena Ramadhan telah dekat seperti kata UAS. Wallahu a’lam.

Rate This Article

Thanks for reading: Self Branding: Sisi lain Populisme Oleh Sabda Ali, Sorry, my English is bad:)

About the Author

Aras Atas

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.
// //