Aras Atas
Inggris Indonesia Jepang Arab

Donasi untuk Pengembangan Literasi

Bagikan donasi Anda untuk mendukung pengembangan Pustaka Buku dan Riset Literasi Aras Atas.

QR Code Neobank
Makna Hari Kebangkitan Nasional Indonesia
Makna Hari Kebangkitan Nasional Indonesia

Bangkit Bersama Dengan Pemetaan Sejarah Bertumbuh Bersama Menuju Indonesia Maju Kuat Dan Bermartabat

Oleh: Made Pageh

Aras Atas - Maknanya kita sudah bangkit 117 tahun silam di tahun 2025 ini, berarti kita telah bertumbuh menjadi bangsa berbagai 'Dewasa' berdasarkan “Kaidah fundamental bangsa yang di dalamnya ada Pancasila”. Bukan berarti setiap tahun mereproduksi kenangan 1908, sehingga kita seperti terus memulai dari Nol (start) bangga dengan warisan masa lalu, namun tidak memetakan masa depan dari pengalaman masa lalu, sehingga tertubruk pada tiang yang sama dalam menghadapi perubahan zaman. Mari “Belajar Dari pengalaman kolektif masa lalu  untuk memetakan masa depan, sehingga dapat melangkah mulus dalam menghadapi tantangan masa depan secara bersama-sama (Gotong royong).” 

Kini Indonesia telah bertumbuh menjadi dewasa dalam menghadapi berbagai HTAG (hambatan, tantangan, ancaman, gangguan global) berbentuk IPOLEKSOSBUD baik datangnya dari dalam maupun luar negeri. Bukti kedewasaan ini sebagai tanda bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa besar dapat belajar dari pendahulunya untuk memetakan jalan dalam menghadapi HTAG apapun bentuknya. Terutama tantangan media sosial dan cetak, mobilitas kapital, transformasi penduduk global, dan adanya tantangan ideologi asing, bangsa ini dengan kearifan dan keinovatifan pemimpinnya bangsa ini lolos dan berhasil baik dan berpretasi jauh melampaui negara lain.

Ini adalah kebanggan yang harus dimaknai sebagai bangkit dan maju bersama sebagai mahluk menyejarah. “Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya”’ apa bentuk penghargaan kita, di era digitalisasi ini, “tunjukkan dengan selalu berubah… menjadi lebih…”, tentu sebagai insan Indonesia yang Menyejarah”, tanpa sejarah tidak memiliki pemetaan masa depan, sehingga hasilnya bisa maju salah arah, salah jalan dan sesat sebagai bangsa Indonesia, menjadi bangsa dan berperadaban bangsa lain. “PeradabanKu adalah kepribadianKu, peradaban bangsa lain adalah substitusi dalam peradabanKu (hybrid), seperti orang Bali melakukan Hybrid Hiyang dengan Widhi (bali dengan India) mejadi Hyang Widhi. Jadi apa yang bermain dalam hybridasi itu, tidak lain dan tidak bukan adalah kecerdasan lokal (Local Genius) menjadikan yang Global bersanding dengan Lokal, sehingga menjadi peradaban/makhluk baru yaitu makhluk Global (Bekisar). 

Era post pedoad, post kolonial, post reformasi, dan melakukan transformasi ke era baru yaitu era digital global, maka sangat dibutuhkan karakter (seperti pandangan Lecona) “tahu (knowing), merasa (feeling), dan baru Aksi nyata (acting)”, ingat dalam dalam dunia hybrid hasil penyerbukan silang tadi. Dalam pendidikan yang diajarkan oleh Bapak Pendidik kita Kihajar Dewantara, bahwa karakter bangsa harus didasari oleh keadaan batin : “pertama ngarti/mengerti terlebih dahulu; kedua Ingerasaake; ketiga Ngelakoni”, dekat dengan pandangan pendidik modern seperti Taksonomi Bloom, Lecona yang baru lahir tahun 1960-an dan 2000-an, sebagai bukti kebanggan kita pada leluhur dan pahlawan bangsa. 

Mengapa  kita bangga dengan dua tokoh ini dalam mengembangkan pendidikan karakter, tetapi mengabaikan milik bangsa sendiri yang  terbukti lebih mapan? Inilah salah satu bukti bahwa “Kita Termasuk Bangsa yang Belog Ajum”, suka disanjung sehingga sampai lupa diri, semua peradaban milik bangsa sendiri di exit, sampai ke akar-akarnya, diganti dengan peradaban asing, ternyata menyesatkan. Contohnya termasuk keberterimaan kita dalam perbedaan keberagamaan kita di nusantara, karena dari keberterimaan kebhinekaan menjadi bangsa ini kaya dan arif bijaksana. 

Gagasan Denny J.A menjadikan Agama yang jumlahnya sekitar 448-an lebih yang pernah ada dan masih eksis, juga tunduk dengan hukum perubahan. Sehingga kesadaran ini perlu renungan, jangan dijadikan kenyataan, hanya dalam alam pikiran saja untuk menjadikan hidup kita menjadi lebih hidup (life becomes more alive). 

Termasuk bertumbuh menjadi lebih dewasa dalam beragama, lebih mengutamakan spiritualitas dari pada agama organisatoris. Dengan demikian revitalisasi nilai-nilai kebangkitan nasional agar menjadi nilai bertumbuh nasional, perlu ada kebangkitan: demokratisasi, inklusif, inovatif, kolaboratif, kritis, komunikatif dan jangan dilupakan kepribadian Compassion  (Kasih sayang, kebajikan). 

Sayangilah orang lain seperti engkau menyayangi diri sendiri, demikian juga bangsamu, keluargamu, lingkunganmu, tuhanmu, dan semua makhluk hidup. Sadari hanya nafas tuhan kita bersama, hanya matahari dan pohon-tetumbuhan sumber kita hidup bersama, ayo  bangkitkan we are one in the world, go green, save the world, save humanity, jadikan bagian karakter kita dalam bangkit bersama dan maju bersama dalam menjadi bangsa bertumbuh menjadi semakin lebih. 

Foto Penulis

Salam Kebangkitan Bertumbuh Di Era Digitalisasi
dari Made Pageh di Baktiseraga Singaraja,

19 Mei 2025

Komentar

Join the conversation

Aras Atas