Malam Entah Kemana
Bagian 2
Hitam – putih itu memang serupa siang – malam, karena tampak terang ketika cahaya berpendar, dan gelap menggulita saat cahaya terbentur tak berpantul. Namun ketika lampu mercury dan LED menyaingi rembulan yang cahayanya tak sanggup menembus tipisnya dedaunan, maka nyaris tiada beda siang dan malam. Bahkan prilaku penghuni negeri tiada terpengaruh lagi oleh siang dan malam. Putaran waktu hanya wajib pada dinding, meja, dan tangan penggunanya.
Ketaatan atas kewajiban waktu sesuai perintah penguasa waktu bukan keharusan lagi. “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia /karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas (QS. Al-Isra’: 12)”. Sisi lainnya penguasa waktu pun berkata “Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman (QS. An Naml:86)”.
Sontoloyo masih menikmati sisa kopinya, duduk sendiri dibelakang rumah tak permanen…menikmati dengkur ayam dan desiran angin menjelang pagi.
Jauh ingatannya, pada satu kisah yang sanadnya tak mampu ia jumpai…dalam kisah itu dinyatakan bahwa Tuhan berkata “Aku jumpai engkau pagi hari, engkau sedang tergesa menuju kerjamu. Lalu aku jumpai engkau siang hari, namun saat itu engkau sedang sibuk hingga sore tiba. Aku biarkan engkau menikmati istirahat pada malam hari…dan Aku tunggu engkau disepertiga malam”.
Siang adalah dunia, dan malam adalah akherat “tegas batin Sontoloyo”.
Berarti Hitam – Putih bukanlah semata penanda siang dan malam. Tetapi kenapa pula ada; Merah-Hitam-Putih ?
Darimana datangnya merah ?… lalu kenapa berubah menjadi Merah – Putih ?...
Mungkinkah merah juga wujud pengakuan atas hitam yang tersembunyi di dalam diri…?
Koko’ ayam di atas pohon seakan mengabarkan bahwa pagi menjelang. Sontoloyo menarik nafas dalam, matanya terpejam, dadanya terasa penuh oleh misteri malam. Getarannya kian terasa, misteri ini pada akhirnya kan terbuka…kelak…seiring terangnya mentari yang terjaga genit sentuhan…Sontoloyo menggamit lembar tulisan sahabatnya yang terserak dikolong meja…
Gairah Fajar
![]() |
| Suwardi Rasyid adalah Pembina Sispala dan Penulis Buku; Kulikan Logika Sontoloyo dan Ngeri Di Atas Awam |
Menanti fajar itu menggairahkan…
Bertemu fajar itu mengesankan…membekas buih pada pantai yang datar
Buih yang memutihkan pantai…meski dating dan pergi
Karena angin selalu merindu tuk meniupnya
Jejak kaki dekil itu menjadi mainan pada sisi lainnya
Menggoda ujung ombak tuk menghapusnya…menyisakan lobang tak berpola
Bertemu fajar itu mengasyikkan…menorah merah pada luasnya samudra
Menjadikan ombak asyik bermain dengan kerasnya cadas…
Tanpa membuat luka yang pedih
Bangkitkan gairah pada cinta yang membara
Taklukkan pesona citra perkasa…pada buah karya yang fana
Kedatangan fajar memanglah tiada ingkar…ia muncul pada waktunya
Setia pada putaran yang ditetapkan…yang menunggulah terkadang ingkar
Fajar tetaplah fajar…tak peduli riuh atau lirihnya sambutan
Ia tetap takkan ingkar pada setianya…pertemuan yang mengasyikkan
Serdadu disentak gadik hingga berlari dan tampak perkasa…sejak fajar
Putra-putri pertiwi mesti terjaga dan mengguyur sendi tuk kuatkan diri
…diusap kokoh tangan sang ayah
Lalu…disuguhkan menu pagi penuh kasih oleh tangan tanpa pamrih
Tangan Bunda yang tiada enggan, dan tak pernah lelah bergerak…sejak fajar.
Meski buih tak tampak…walau jejak terhapus ombak pada sisi yang datar,
Atau bahkan cadas tiada bergetar lagi karena ombak enggan bercanda
Fajar tetap datang menjumpa pada waktu rindu antara ada dan tiada
Dan luasnya samudra tetap merah merona
Karena hangatnya fajar bukan sekedar lobang tak berpola pada pantai yang berbuih
(Pulaki; 11 Juni 2020)
Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al Hadid 1)


Komentar
Join the conversation