Join our Grup FaceBook Contact Us Join Now!
Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated

PERBEDAAN YANG MEMUSUHI





Oleh: Lalu Ria Suhardiman

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.S. al-Hujurat/49: 13).

Perbedaan adalah suatu anugerah (sunatullah). Tuhan menegaskan dengan sangat benderang bahwa perbedaan merupakan keniscayaan dalam setiap aspek kehidupan manusia (Q.S. al-Hujurat/49: 13; Q.S. Yunus/10: 41-42). Sesungguhnya perbedaan tersebut akan mengantarkan manusia pada proses untuk saling memahami dalam kerangka interaksi satu sama lain.  Eksistensi bangsa dan suku tentu akan berimplikasi pada tegaknya budaya masyarakat sebagai satu ciri khas yang membedakannya dengan masyarakat lain. Konsekuensi selanjutnya atas perbedaan tersebut adalah tuntutan moral bagi setiap orang untuk mampu menghormati apapun yang berbeda dari orang lain. Tak bisa dinafikan bahwa kebermaknaan interaksi sangat ditentukan oleh kemampuan kita menerima orang lain apa adanya.

Jika perbedaan itu dimanifestasikan ke dalam pola pikir sempit dan hanya mencoba menilai dari satu teropong saja, maka hal ini akan berdampak pada ketidakseimbangan perspektif dan persepsi. Hal paling menonjol dari kelindan perspektif dan persepsi sempit tersebut adalah munculnya sensitifitas keberagamaan. Agama sering dijadikan sebagai alasan untuk menyalahkan orang lain. Wilayah agama kadang menjadi pemicu sinis bagi kita dalam menentukan bentuk interaksi dengan yang lain.

Dan yang sedang hangat adalah reaksi atas berita yang memuat pernyataan Rizieq Shihab yang dianggap menyentuh bagian sensitif dari keyakinan umat Kristen. Dalam ceramahnya dihadapan jamaah pengajian di Pondok Kelapa, Jakarta Timur pada 25 Desember 2016 terkait larangan mengucapkan selamat Natal, Rizieq sempat “sedikit bergurau” dengan sebuah pertanyaan: “Kalau Tuhan beranak, bidannya siapa?”. (bbc.com, 26/12/2016).

Sontak isi ceramah itu memancing ketersinggungan dari umat Kristen. Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) kemudian melaporkan Rizieq ke Polda Metro Jaya pada 26 Desember 2016 (funesia.com, 26/12/2016), sementara itu  Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) melaporkan Rizieq ke Polda NTT atas tuduhan pelecehan terhadap keyakinan umat Kristen (Harian Timur Express, 24/12/2016). Selain itu, PMKRI juga melaporkan pemilik akun Twitter dan Instagram yang menyebarkan video ceramah Rizieq. Pelaporan atas kedua pihak tersebut dilakukan sebagai bentuk reaksi keras karena telah menyentuh hal paling esensi dari suatu keyakinan kelompok lain (Kristen). Dan atas pelaporan yang dilakukan oleh PMKRI, pihak Rizieq lewat Humas FPI pun bereaksi dengan menyatakan bahwa ceramah Rizieq sudah tepat sesuai keyakinan Islam. Bahkan FPI pun menyatakan jangan disalahkan jika melaporkan Pendeta Kristen yang menyatakan bahwa: “Tuhan punya anak”.

Ceramah Rizieq di hadapan jamaah pengajian tentang keesaan Tuhan tidak ada yang salah sebab hal itu memang diterangkan dalam al-Qur’an dan menjadi keyakinan paling esensial dalam ajaran agama Islam. Tidak ada satupun yang berhak mempertanyakan dan mempersalahkan keyakinan tersebut, apalagi umat yang berbeda keyakinan. Bahwa uraian Rizieq atas terjemahan surat al-Ikhlas bagi umat Islam adalah final dan tidak bisa diutak-atik. Sebab pengakuan transenden atas eksistensi Tuhan sebenarnya ada pada surat tersebut.

Namun demikian, ada hal yang janggal dan mesti dipertanyakan dalam ceramah itu. Kesadaran toleransi sedikit tergelitik dengan pernyataan lanjutan dari Rizieq: “Kalau Tuhan beranak, bidannya siapa?” dan disertai gelak tawa para jamaah. Bagi para jamaah yang hadir dan mengikuti ceramah, mungkin hal tersebut adalah hal lumrah, wajar. Bagaimana jika hal itu dilihat dari perspektif umat lain, dalam hal ini umat Kristen? Meskipun ceramah itu hanya disampaikan di depan umat sendiri, jelas hal tersebut akan sangat menyinggung dan dianggap telah merusak sendi keyakinan umat lain. Maka disinilah letak toleransi atas perbedaan itu telah ternoda. Menghormati perbedaan (terutama keyakinan agama lain)  menjadi tidak lagi bermakna sebab yang dominan dimunculkan adalah sisi jelek keyakinan lain yang tidak sama dengan keyakinan yang kita anut.

Bung Karno dalam sebuah pidatonya menyerukan agar: “setiap orang ber-Tuhan dengan tanpa egoisme agama dan hendaknya menjalankan agama dengan cara berkeadaban yaitu saling hormat menghormati”.  Seruan Soekarno ini jauh hari sudah ditegaskan oleh Tuhan bahwa perbedaan agama bukanlah sesuatu yang harus membuat kita menjadi saling antipati. “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku" (Q.S. al-Hujurat/109: 6). Selanjutnya Tuhan juga menegaskan bahwa: “Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan" (Q.S. Yunus/10: 41).

Lantas apakah setiap orang harus menjadi pribadi yang hanya berkutat pada perbedaan atas sebuah keyakinan? Jawabannya tentu TIDAK. Agama adalah ajaran keyakinan yang bersifat privasi dan tidak begitu saja bisa dimasuki dengan sembarangan oleh orang yang berbeda keyakinan. Maka menjadi pemandangan yang tak elok jika keseharian kita hanya berjalan pada esensi yang begitu sulit untuk dipersamakan. Hal terbaik adalah mari saling menghormati dalam ruang perbedaan untuk menegakkan keutuhan persatuan. Karena sesungguhnya dimata Tuhan perbedaan bukanlah tujuan utama penciptaan manusia, tetapi manusia diciptakan untuk menentukan seberapa besar nilai TAQWA yang dipersembahkan dan seberapa mampu manusia menjaga taqwanya.


Wallahu’alamu bisshawab

Ciputat, 30 Desember 2016 Pukul 05.27 WIB

Rate This Article

Thanks for reading: PERBEDAAN YANG MEMUSUHI, Sorry, my English is bad:)

About the Author

Aras Atas

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.
// //